Friday, January 28, 2011

MAHMOUD AHMADINEJAD (Presiden Iran)

"


Saya Bukan presiden,tapi saya pelayan rakyat"..Inilah kalimat pertama Ahmadinejad ketika dirinya memenangkan pemilu. Pria yang berbusana sederhana dengan pembawaan teduh ini memang bukan sekedar presiden. Ayahnya adalah seorang pandai besi yang memoles anaknya dengan sikap tegas, tegar, dan penuh martabat. Hatinya luluh tiap berhadapan dengan kemiskinan dan kokoh seperti besi jika menyangkut kehormatan bangsa/umat.

Kehidupan yang sederhana memoles kepribadiannya yang santun dan apa adanya. Karena ketertarikan dengan pada dunia teknik maka Ahmadinejad dewasa melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Amran pada 1975. Jurusan Arsitektur menjadi pilihannya. Kala itulah kesadaran kritis dan militansinya ditempa. Kekuasan Syah Reza Pahlevi mendapat gugatan rakyat dan sebagai aktivis gerakan mahasiswa Ahmadinejad turut terlibat dalam gelombang masa protes. Ia menjadi pengikut setia Imam Khomeini, baik perilaku maupun prinsip politik.

Penampilan yg sedehana berbanding terbalik dg pembantu2 presiden kita

AS sejak awal memposisikan Syah Reza Pahlevi sebagai penguasa boneka. Ahmadinejad menjadi orang yang terlibat dalam kelompok pengepungan dan penyanderaan kedubes AS di Iran. Ia memahami bahwa kekuasaan keji AS yang suka turut campururusan negara lainjadi menjadi sumber masalah dunia. Muntahan gelombang massa yang terus melakukan protes meledakkan revolusi besar, yang kala itu melejitkan tokoh besar yang selamanya akan dikenang sejarah, Imam Khomeini. Ia memimpin revolusi dengan keteguhan dan loyalitas akan kebenaran sebuah prinsip politik. Tak ada keraguan dan tak ada kompromi. Iran kembali ke tangan ulama yang tetap memegang sikap, untuk anti pada pemerintah AS yang kejam. Beruntung Iran tidak memilih jalan reformasi tapi revolusi total!

Pemerintah AS tak tinggal diam dengan perkembangan Iran. Melalui provokasi pada Saddan Husein maka diluncurkanlah perang Iran-Irak. Ketika itu Ahmadinejad rela meninggalkan profesinya sebagai dosen. Ia memtuskan untuk berangkat ke medan perang. Cita-citanya mati syahid membuat Ahmadinejad dikenang sebagai seorang pemberani yang tak kenal rasa takut. Keberaniannya mirip dengan keberanian Che di hutan Kuba.

Satu-satunya presiden yang sudi tidur beralaskan lantai

Setelah perang usai Ahmadinejad kembali ke kampus. Menjadi dosen yang begitu banyak penggemarnya yang selalu padat dengan mahasiswa, begitu kuliah dibawakan Ahmadinejad. Kemudian ia menjadi gubernur Provinsi Ardabil dari 1993-1997. Selama menjabat itu Ahmadinejad memiliki banyak prestasi menakjubkan. Ketika gempa dahsyat menggemparkan Iran Ahmadinejad mampu merekonstruksi 7500 unit rumah dalam jangka waktu 7 bulan. Prestasi yang selayaknya jadi tempat belajar para kepala daerah di Indonesia yang sekarang belum beres mengurus pengungsi, apalagi tempat tinggal. Tetapi jabatan itu semua tetap tidak meruntuhkan kesederhanaannya hingga Ahmadinejad terpilih menjadi walikota Teheran.

Saat menjabat sebagai walikota Teheran, dunia internasional mengganjarnya dalam “65 walikota terpilih dunia”. Datang ke kantor mulai pukul 06.00 pagi dan pulang pukul 24.00, Ahmadinejad menghabiskan waktu untuk membereskan semua urusan warga kota. Sepanjang menjadi walikota, ia hanya absen sekali karena sakit, itupun setengah hari. Kekayaannya sangat mengerikan : simpanan kecil di bank, memiliki satu mobil yang usianya sudah 30 tahun, rumahnya sudah berusia 40 tahun dan berada di perkampungan kelas bawah di Teheran Timur.

Saat melalakukan pertemuan hanya beralaskan lantai

Jangan bertanya bagaimana kehidupan dan kesederhanaan keluarganya. Ketika ada tamu datang dan disuguhkan minuman tanpa es maka tamu tersebut bertanya, kenapa tidak pakai es? Pembantu yang menyuguhkan itu bilang, “Lemari es rusak dan belum ada uang untuk memperbaikinya”. Ini bukan kisah dongeng HC Anderson tapi itulah yang terjadi di rumah presiden Iran, Ahmadinejad. Pernah ia tegur anaknya yang terlalu lama meng-akses internet, sehingga Ahmadinejad mengatakan, “Ayah tak cukup banyak uang untuk membayar akses internet banyak-banyak”. Itu yang membuat presiden partai Islam Malaysia, PAS, berkomentar tentang Ahmadinejad, “Orang geram kepada Ahmadinejad sebab dia yang perintah dunia, bukan dunia yang memerintahnya”.

Keputusan dan larangan Ahmadinejad pertama kali saat menjadi presiden : “Dihimbau untuk tidak memasang ucapan iklan selamat dan melarang fotonya dipasang di semua kantor!”. Itu juga dilakukan ketika listrik mati di Iran maka sejumlah pegawai membawakan mesin-mesin pemanas ke rumahnya. Ahmadinejad menolak dengan ucapan yang sering diucapkan oleh khalifah : “Kalau rakyatku dan mustadh’afin menggigil kedinginan, mengapa pula aku harus bersenang-senang dengan mesin pemanas ini”. Begitulah sikap seorang presiden yang tetap mempertahankan pembangunan uranium walaupun banyak tekanan internasional. Ahmadinejad ketika memulai lawatan ke luar negeri, terlebih dahulu mendatangi markas besar PBB yang berkedudukan di New York. Ia menyampaikan berbagai usulan mengenai tata dunia baru yang menurutnya harus lebih berprinsip pada keadilan, kesetaraan, spiritualitas, dan penghapusan diskriminasi.

Ahmadinejad mengkritik sistem pemberian hak veto pada segelintir negara adi daya, yang menurutnya merupakan cerminan diskriminasi di tubuh PBB. Ketamakan negara-negara Barat muncul karena hak-hak istemewa yang dipunyainya. Propaganda Barat yang selalu mengkampanyekan demokrasi dan HAM tidak sesuai dengan perangai kebijakan selama ini. Kata Ahmadinejad, “Tabiat Barat dari dulu sampai sekarang ingin mengusai dunia dan menjadikannya banyak negara sebagai jajahan…..Kita bisa melihat banyak negara diktator, tapi karena mereka kawan, maka Barat dan AS tetap saja melindunginya”. Pidato yang hanya bisa disuarakan sosok yang memang sudah tak kenal batas ketakutan, sosok yang secara antusias melucuti kemunafikan Barat.

Soal pendidikan dan kesehatan merupakan prioritas pemerintah Iran sejak meletusnya revolusi. Pendidikan gratis salah satu kebijakan yang ditempuh, di sampimg kebijakan perumahan untuk mereka yang miskin. Dengan hidup yang asketik dan sederhana, agak mustahil kalau sang presiden harus gentar berhadapan dengan kekuasaan pongah AS. Seorang ulama yang menjadi penasehat presiden, Ayatullah Taskhiri, mengungkapkan kebusukan masyarakat internasional, katanya ”Dunia sedang terpecah. PBB yang seharusnya penjaga perdamaain dunia, tidak bisa menjalankan tugasnya. AS tak bisa membuktikan pengkayaan uranium yang jadi keputusan politik pemerintah Iran sebagai kekeliruan. AS sudah tahu membesar-besarkan masalah ini melalui media massa…”

Ahmadinejad lagi-lagi bukan seorang presiden semata. Ia mirip dengan Soekarno yang tak garang untuk digertak, bahkan nekat untuk balik menggertak. Ia mewakili sebuah sikap teguh untuk mempertahankan martabat kebangsaan. Diplomasi luar negerinya bukan kompromi, tapi menyatakan sikap lugas. Andai Republik ini mempunyai presiden seperti ini, tak akan mungkin penguasa negara-negara lain berkomentar macam-macam. Karena mereka tahu harus berhadapan dengan siapa. Semoga presiden Republik ini dapat tertulari semangat kesederhanaannya, lebih-lebih sikap militansinya. Karena kami tahu dengan pemimpin yang punya nyali, kami sebagai bangsa memiliki martabat!

No comments: